Jumat, 02 April 2010

Aliran Kemanfaatan


ALIRAN KEMANFAATAN ( UTILITARIANISM )

Aliran ini dipelopori oleh Jeremy Bentham (1748 – 1832). Prinsip dasar dari aliran kemanfaatan ini adalah :

“ an action is right from an ethical point of view if and only if the sum total of utilities produced by that act is greater than the sum total of utilities produced by any other act the agent could have performed in its place “.
(Sebuah tindakan bisa dikatakan etis jika dan hanya jika jumlah total manfaat yang dihasilkan oleh tindakan tadi lebih besar dari total manfaat yang dihasilkan oleh (alternatif) tindakan- tindakan lain yang dilakukan seseorang)




Ide dasar dari aliran kemanfaatan ini adalah bahwa tindakan harus menghasilkan the greatest good for the greates number of people.

Pemimpin atau manajer yang melaksanakan etika bisnis berdasar aliran kemanfaatan harus melakukan 3 langkah, yaitu :

a.       Menentukan alternatif- alternatif tindakan apa saja yang bisa dilakukan dalam pelaksanaan kepemimpinan.
b.      Pemimpin harus mengevaluasi keuntungan dan biaya baik langsung atau tidak langsung yang akan dihasilkan setiap alternatif tindakan yang akan dirasakan orang- orang yang terkena dampak alternatif tindakan tadi di masa yang akan datang.
c.       Alternatif tindakan yang menghasilkan total kemanfaatan yang paling besar akan dipilih untuk dilaksanakan.

Jika dikaitkan dengan kepemimpinan, aliran kemanfaatan ini mempunyai kebaikan- kebaikan, misalnya :

a.       Mendasarkan pada kebaikan untuk orang banyak (the greatest good for the greatest number of people). Pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinan akan memperhatikan manfaat yang paling besar bagi sebagian besar bawahannya (atau bahkan semuanya)
b.      Memberi dasar cost-benefit analysis. Pemimpin akan selalu mendasarkan pelaksanaan kepemimpinan pada analisa biaya dan keuntungan. Alternatif pelaksanaan kepemimpinan yang menghasilkan rasio biaya dan keuntungan terkecillah yang akan dipilih.

Tetapi aliran kemanfaatan ini juga mempunyai kelemahan- kelemahan, misalnya :
a.       Kesulitan mengukur ‘manfaat’ yang dihasilkan, terutama jika manfaat yang dihasilkan bersifat sangat kualitatif misalnya kepuasan, motivasi, dan lain- lain.
b.      Kesulitan meramal keuntungan dan biaya dari alternatif- aternatif tindakan, terutama jika keuntungan dan biaya bersifat kualiatif misalnya keuntungan dan biaya sosial.
c.       Kadang- kadang terjadi ketidakjelasan definisi keuntungan dan biaya.
Misalnya jika seorang manajer memberikan gaji ke-13 pada bawahannya di hari raya. Manajer itu berharap mendapatkan keuntungan berupa meningkatnya motivasi kerja bawahannya setelah diberikan gaji ke-13. Tetapi mungkin harapan manajer tadi akan keliru karena kemungkinan bawahannya akan santai- santai saja dalam bekerja sebab mereka sudah memperoleh uang untuk merayakan hari raya. Justru pemberian gaji ke-13 dalam kasus ini akan menjadi biaya bagi organisasi karena menurunnya prestasi kerja karyawannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar